MY BLOG

It's my blog...
i'm a cassiopeia...
i love TVXQ..DBSK..DBSG..THSK..JYJ..HoMin...

WELCOME...!!!! :D

Sabtu, 27 November 2010

Fanfic "My Baby" chap 1

 I can't life without you...
coz you are my life...
I can't breath without you...
coz you are my oxygen...
I can't see anything...
coz you are my eyes...
I can't hear anything...
coz you are my ears...
I can't stand up...
coz you are my legs...
I can't do anything...
coz only you i can do anything, my baby...


"Umma...aku masih harus di sini sampai bulan depan...ya aku baik-baik aja...ya Umma...Ya udah aku masih harus melanjutkan pekerjaanku..Bye Umma...Muaacchhh.." Perbincangan Mika dan Ummanya berhenti sampai di situ. Sekarang gadis berusia 21 tahun ini masih harus melanjutkan hal yang memang seharusnya dikerjakan sebelum diberi tatapan maut dan mengerikan si Jejung, bos-nya.

"Baiklah bu, saya harap dapat bekerja sama dengan baik dengan ibu dan bapak..kalau begitu saya akan mengurus semua hal yang masih perlu dipenuhi." Dengan langkah plong, Mika keluar dari ruang konsultan yang dinginnya 11-12 sama kutub, bbrrrrrrr.
Sesuatu menghentikan langkahnya, pria tampan dengan kulit seputih susu itu menghalangi jalannya. "Bagaimana hasilnya?" Tanya-nya tanpa basa-basi apa keq, eh langsung instant aja. "Emm,,lancar." Mau-gak-mau Mika juga kudu ngomong seadanya juga, si Bos emang gak pernah bicara lebih dari 3 kata, kayaknya sih gitu. "Bagus.." Dengan langkah santai namun berwibawa, pria itu pun melenggang meninggalkan si Mika begitu saja. Hati Mika menggerutu, bilang makasih keq, kamu emang bisa diandalkan keq, apa aja lah yang penting gak cuek. "Huuhhh.." Malas berdebat dengan khayalan-nya yang mengharapkan bos-nnya ngomong panjang lebar seperti yang diharapkannya, walaupun sampe tahun badak pun gak bakal mungkin. Dia pun menuju lift ke lantai 10, tempat mengistirahatkan diri-nya. Yaitu teras di atap kantor.

Kota Seoul emang gak pernah sepi, apalagi gelap. Semua lampu entah apa aja, menyala tanpa henti di sepanjang malam. Mobil-mobil gak pernah hentinya hilir-mudik di jalanan baik jalan gede sampe kecil sekalipun. Contoh di jalan kecilnya, ya di rumah milik Mika Elena. "Besok kudu ngapain ya..?" Sambil membuka-buka catatan kecilnya. "Waduh ! Gawat ! Celaka 12 ! Oh nooo..." Dibilang gila gak juga, kalo streess mungkin. Wajar sih kalo dia teriak-teriak gitu, tapi ini malam. Suara jangkrik kalah pamor gara-gara suara lengkingannya yang mirip toak masjid.
"Besok rapat personal ! Duh koq bisa aku lupa ada agenda tolol kayak gini...God help me." rapat personal emang semacam tradisi yang setiap 3 bulan diadakan 1x, guna mengontrol tentang semua hal yang dikerjakan para karyawan. Yang pastinya akan langsung ditangani oleh big bos mereka, Tuan Kim Jejung.
"Huuuu mengerikan !" Yup, malam sabtu ini bakal jadi malam resahnya, dijamin dia gak bisa tertidur nyenyak deh.

Kalo di Indonesia, suara kokokkan ayam yang membangunkan manusia dari tidur nyenyak mereka. Nah, kalo di Seoul, khususnya di kamar Mika, dentingan jam beker merahnya lah yang berhasil membangunkan-nya. Hampir sejam, dia sudah rapi dengan pakaian dan peralatan kerjanya pun telah siap. Setiap hari, 6 hari kerja maksudnya. Dia berangkat dengan taksi, memang mahal tapi hellooo..ini bukan di indonesia yang bisa gampangnya nebeng di kendaraan orang lain. Ini di KorSel, nyata kudu punya malu dong.

Perjalanan selama 45 menit pun usai. Kini gedung besar dan tinggi yang menjulang sampai-sampai menyilaukan mata saat menelusuri sampai puncaknya telah menunggu Mika. Tapi ngapain juga ngeliat sampe segitunya? kurang kerjaan banget tuh.
Sekarang bukan masalah kurang kerjaan, tapi keringat dingin yang menggeryangi tubuhnya dalam sekejap. Dibilang lebay/berlebihan gak juga sih, ini bakal jadi ketiga kalinya dia berhadapan langsung dengan manusia tercuek sedunia. Tapi itu kan waktu dia masih baru-barunya jadi karyawan di PerfectLife Company.
Perusahaan dengan kategori arsitektur di rumah-rumah yang luasnya selandasan pesawat. Dan memilih Mika untuk menjadi consultan bag. eksterior setelah Gunjo di bag. interior.

"Kini untuk kesekian kalinya kalian memberi laporan hasil kerja kalian. Baik dan buruknya. Masalah dan solusinya. Dimulai dari bag. administrasi." Menurut kalian yang ngomong itu siapa? Jelas bukan si bos. Sekretaris centil yang selalu memamerkan paha dan kaki jenjangnya, Ji Numa. "Fiiuuuhhh...masih lama kayaknya." Semua karyawan yang memegang bagian-bagian penting saja yang dikumpulkan di ruang tunggu ini. Hanya 15 orang dari 1200 karyawan yang ada dan termasuk Mika di 15 orang tadi. "Bayangkan bila berada di sana lebih dari 25 menit, huuhh.." Seorang yang flatname-nya bertuliskan Kumo itu melihat ke arah pintu yang tak tembus pandang namun berwarna transparan. Temannya menyahut, "Ya...si bos emang gak pernah senyum. Udah 7 kali aku berhadapan dengannya di dalan sana, tapi mungkin urat bibirnya putus permanen." Mika terkikik kecil mendengarnya namun tetap masang muka sedatar mungkin, gugup.

Entah waktu yang berputar terlalu cepet, atau dia yang tertidur selama 3 jam, akhirnya suara centil itu memanggilnya.."Mika, kamu bag. terakhir.." Mika tau ada suara males-malesan di sana, "Ya" Seketika Mika berdiri dan masuk ke dalam ruangan angker itu untuk ketiga kalinya namun dengan nuansa berbeda. "Permisi.." Si bos cuma mengangguk dan mempersilahkan dia duduk dengan gerakan tangan, tanpa ngomong. "Sekarang silahkan bicara.." Huh, dasar sekretaris sialan, siapa sih bos-nya? Perasaan dari tadi dia yang ngepret.."Nyonya Ji, bisa tinggalkan kami berdua?" What, dia gak salah denger kan? dia selalu membersihkan telinganya setiap hari, jadi yang di dengernya emang nyata. "Tapi bos..?!" Jejung cukup memberikan tatapan bisunya dan si centil terdiam dan memutuskan keluar walau terpaksa. "Gak perlu bicara terlalu banyak, cukup seperlunya dan kamu cepat keluar seperti yang kamu mau, ya kan?" Emang terdengar sinis, tapi begitu adanya.
Saatnya mulai coz cepat selesai cepat go out from here! "Selama kurang lebih 3 bulan ini, saya menangani 4 client yang masing-masing memberikan pendapat tentang bagaimana gaya rumah mereka bag. luar agar terlihat tak membosankan, bahakan ada yang meminta terlihat selalau berbeda. Tentu ini tugas yang cukup berat bila ditangggung saya pribadi tanpa asisten." Mengambil nafas dan melanjutkan, "2 dari mereka gak mengajukan keberatan atau protes terhadap masukan yang saya berikan, yang 1 nya hanya ngikut, Sedangkan yang paling tersulit adalah yang terakhir, Ny.Pio dan Tn. Bon.." Si bos memotong, "Memang kenapa?" Mika merasa mulai gerah saat bos-nya memutuskan untuk bangkit dan berjalan ke arahnya. "Ya, mereka ingin nuansa teras mereka akan selalu berubah-ubah. Mana bisa begitu kan?" Seakan meminta persetujuan, si bos hanya mengangguk tanpa henti menatapnya walau jarak antara mereka masih cukup jauh, 5 meter ! "Jadi saya memberikan usul membuat nuansa dengan tema cerah, taman. Tanpa banyak pohon, namun kembang/bunga berbagai jenis yang umunya langka ditanam di teras manapun." Si bos memotong lagi, "Kenapa bisa begitu?" Tuh kan gak lebih dari 3 kata. "Umma saya yang mengatakannya, selama ini saya selalu meminta pendapat umma saya. Dan setelah penjelasan panjang, akhirnya mereka setuju..Jadi kesimpulan 4 bulan ini, berjalan cukup lancar.." Langkah Jejung mulai mendekat dan si Mika refleks bangkit, "Baiklah, laporan saya sudah selesai, bolah saya kembali bekerja bos?" Penekanan pada kata BOS. Jejung berhenti dan menatap sejurus pada mata hitam pekat karyawannya itu. "Silahkan" Dan kelegaan pun membanjiri hati Mika.

TBC...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar