MY BLOG

It's my blog...
i'm a cassiopeia...
i love TVXQ..DBSK..DBSG..THSK..JYJ..HoMin...

WELCOME...!!!! :D

Selasa, 07 Desember 2010

Fanfic "My Baby" chap 11

"Aaww..." Erang Jejung sambil memegangi kepala-nya yang masih terasa berat sebelah. Pandangannya masih rada kabur tapi dia tau, Jima kini lah yang duduk di sebelah ranjang pasien-nya. "Oppa...hiks..hiks.." Jima mencengkram lembut kemeja lengan Jejung. Mendengar isakan Jima, si empu-nya kemeja memperbaiki posisi-nya menjadi duduk. Kedua tangannya menepuk pelan bahu Jima yang sedari tadi menunduk lemah.

"Tenanglah..kau kenapa?" Kini pandangan dan kinerja otak Jejung sepenuhnya kembali pulih. "Hiks..hiks..Oppa.." Mencoba menenangkan diri dan menghapus air mata di pipinya..." Oppa harus janji satu hal..don't cry like me..." Jejung mengusap kepala Jima, hendak mengajak bercanda. " Come on, can you tell me, what's happen with you?" Jima menggelengkan kepala, "Nothings happen with me, but...hiks..with Unnie ! Huhuhuu..." Tangis Jima semakin membeludak kancang, rasa sedih yang melanda hatinya seakan memberontak keluar. Air muka Jejung mengeras, kepalanya terasa panas. Seakan aliran darah-nya berhenti mengalir dan oksigen di ruang ber-AC itu mendadak lenyap.

Sesuatu yang buruk terjadi pada pujaan hati-nya itu ! Jejung menarik Jima menuju ruang rawat Mika. Namun setelah berada di ambang pintu, tiba-tiba keberanian Jejung ciut. Dia hanya tak sanggup bila harus melihat seorang yang mengisi hatinya kini telah pergi. "Come on..." Jima menarik-nya untuk masuk.

Tubuh Mika terhalang oleh beberapa orang. Mereka keluarga Mika. "Umma..Appa..ini Jejung Oppa.." Mereka berbalik menghadap Jejung. Jejung dapat melihat dengan jelas, wajah mereka sangatlah menyedihkan. Wajah mereka basah dengan air mata, kantung matanya pun lembab.."Oh, nak. Silahkan..." Suara pria paruh baya itu terdengar sengau. "Ne..Appa.." Dan Jejung pun melihat jelas apa yang ada di depannya kini.

"Umma..tenanglah..hiks..hiks..." Jima ingin menenangkan tetapi air mata menghujamnya kembali. Seiring tangisan 3 orang di belakang-nya itu, mata Jejung hanya terfokus pada apa yang dilihatnya. Sesosok jasad yang kosong tak bernyawa. Wajah pucat dan bibir yang kering membiru. Inikah Mika yang kukenal? Tanya-nya dalam hati. Tentu benar, bodoh. Hati-nya menjawab. Akhirnya tak mampu membendungnya lagi, Jejung menangis dan memeluk tubuh kaku itu. Terasa dingin. Tangisnya semakin menjadi-jadi saat kedua ortu Mika menariknya perlahan. Karna dokter dan para suster akan membawanya ke ruang lain.

Ini bukan kiamat. Tapi kiamat bagi seseorang yang ditinggal kekasih hatinya mati. Ya...mati tanpa dirinya yang menemani saat terakhir itu. "TIIIIIDDDDAAAAKKKKK  !!!!!!!" Teriakan itu seakan lenyap termakan angin. Kini dia berada di lantai gedung rumah sakit paling atas. Sampai dia terduduk lemas. Tenaga-nya habis karna menangis tanpa henti serta berteriak.

Minggu, 05 Desember 2010

Fanfic "My Baby" chap 10

"Hhhhaahh...eemmm.." Erangan Mika membangunkan Jima yang tertidur pulas di pinggiran ranjang-nya. "Eh,,Unnie. Kamu bangun juga akhirnya..sebentar ya.." Jima segera berlari keluar. Dan tak lama kemudian beberapa orang, masuk di belakang Jima. Dia dokter dan suster yang tadi menangani Mika, "Dok, Unnie saya udah bangun !" Semburat wajah ceria Jima memandangi wajah lemah Mika.

Sebuah alat (teleskop) kini bergantung di telinga si dokter, dan memeriksa keadaan pasien-nya tersebut. Gerakan si Dokter terlihat berbeda. "Kenapa, Dok?" Jima merasakan hal itu. Wajah pria paruh baya itu berubah drastis, menjadi panik se-panik-panik-nya. "Hun, Min...cepat panggil yang lain. Bawa dia ke ruang ICU, segera !" Ujarnya pada 2 wanita yang menemaninya tadi, mereka pun berlari keluar. Jima merasa di-kacangi-sama-si-tua-itu. Jadi dia segera menarik lengan baju putih itu gemas, "Dok, listen to me..what happen with my Unnie !?"

"Nak, sabarlah. Tuhan berkehendak lain...dia..." Tak perlu melanjutkan-nya. Jima udah tau jawaban laknat itu..Refleks dia menangis di atas tubuh yang tak bergerak walau sudah di guncang-nya ber-kali-kali. Dokter itu gak berbohong seperti yang dikira-nya. "Ini lelucon paling jelek, Unnie..! Bangun lah..kumohon BANGUN !!!" Mau teriak 100 kali dengan oktaf 8 pun gak akan mengubah keadaan. Gadis itu tetap bergeming, tak menyahut.

Sederas apapun hujan yang membasahi-nya..dia tetap diam. Sekencang apapun angin yang menerpa-nya..dia tetap diam. Sedahsyat apapun gempa yang mengguncang-nya..dia tetap diam. Karna raga itu telah kosong. Jiwa yang tak menyatu lagi hanya dapat memandangi raga-nya dari kejauhan. Melihat seorang gadis yang sangat disayangi-nya menangisi kepergian-nya itu.

Tangan yang hendak membelai rambut gadis itu tembus. Tak tergapai sedikit pun, ya..dia telah mati. Mereka telah berada di dunia yang berbeda 180'. Sebelum berfikir banyak tentang semua itu, seseorang menarik lengan-nya. Seseorang yang seperti cahaya, mempu menyilaukan setiap mata yang melihat-nya. Namun tak banyak waktu untuk bertanya, jiwa Mika masih shock karna ini semua. Maka dia membiarkan seseorang itu (yang sepertinya seorang cewek) membawanya entah kemana...Dan dia baru menyadari bahwa ada sepasang sayap yang melekat di punggung-nya dan cewek itu..

TBC...

Fanfic "My Baby" chap 9

"Ehmm..." Gaya para kebanyakan Dokter yang biasanya akan menyampaikan sesuatu, sambil memperbaiki letak kacamata-nya. Dia bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah sebuah gambar dinding terawang yang menggambarkan semacam tulang-tulang. "Kemarilah.." Ujar-nya tak berbalik arah, tapi Jejung tau bahwa itu di tujukan padanya (Memangnya ada orang ketiga selain mereka? gak, kan?!)

"Apakah anda merasa bahwa adik anda mengidap suatu penyakit?" Dia bukan adik-ku, batin Jejung. "Ani,,kenapa, Dok?" Si Dokter kembali mendesah, "Hahh...menurut diagnosa yang kami lakukan..Adik anda mengidap penyakit yang cukup serius.." Jejung merasa muak dengan segala basa-basi yang diberikan pria tua berpakaian putih-putih itu. Maka ditariklah kerah pakaian dokter-nya oleh Jejung, "Cepatlah, aku tak suka berbasa-basi bila itu tak membantu sama sekali !!" Si Dokter tentu aja kaget seper-empat mati, setelah Jejung melepas cengkraman dari kerah-nya, si Dokter merapikan dan segera to the point.

"Dia mengidap kanker paru-paru." Cttaaarrrrrrrrr...!!! Seakan ribuan petir menyerbu kepala Jejung saat itu juga. Tiba-tiba kaki-nya terasa lemas dan tak mempunyai tenaga untuk berdiri. Untung aja si Dokter refleks menahannya sebelum jatuh telak ke lanta keramik yang terlihat berkilau itu. "Istirahat lah, di sini." Pesan Kobu, tackname si dokter tadi sebelum meninggalkan Jejung di sofa yang ada di ruang tersebut.

"Oppa lama sekali..." Jima sedari tadi mondar-mandir di depan ranjang Mika, yang sedari tadi belum siuman juga. Kini mata Jima menatap tubuh yang terlihat rapuh itu, dan mendekatinya. "Unnie..kamu beruntung. Dia terlihat sangat mengkhawatirkan-mu..bangunlah..apa kamu tega melihatnya seakan terpuruk begitu??" Ya..seseorang yang cukup aneh, karna mengajak bicara seseorang yang sedang tak sadarkan diri...

Namun tak semua seperti itu, bukan? Mika memang belum siuman, tapi dia mendengar. Mendengar semua yang tak diketahui oleh yang lain-nya..

TBC...

Sabtu, 04 Desember 2010

Fanfic "My Baby" chap 8

Setelah memarkir di tempat yang tepat, dengan segera Jejung turun. Berlari secepat mungkin hingga menemukan seorang yang dicari-nya. Dia duduk di ruang tunggu. "Annyong..kamu yang menelpon saya tadi, kan?" Masih dengan ngos-ngos-an. Jima bangkit dari duduk-nya, "Oh ya..Jima imnida." Jejung menyambut jabatan tangan-nya, "Kim Jejung imnida. Bagaimana Kama..eh i mean Mika.." Jima tak menjawab tapi langsung mengantar cowok itu menuju gadis yang dia cari-nya.

Sosok yang sangat familliar di hidup-nya, kini tengah terbaring lemah. Seakan tersiksa dengan selang yang menyumbat hidungnya dan punggung telapak tangannya. Wajah yang pucat, sungguh pemandangan miris bagi Jejung. Terlebih sosok itu adalah gadis yang mengisi kepala-nya setiap saat. Gadis yang dicintai-nya sejak pertama kali dilihat-nya. Gadis yang sendirian, yang jauh dari keluarga.

"Tadinya aku hendak mengajaknya jalan-jalan shoping. Tapi setelah...yah, aku kaget melihat Unnie-ku seperti ini, dia lemah." Jejung tetap terdiam di sisi ranjang pasien, namun masih mendengarkan penjelasan Jima. Gadis itu menawarkan-nya minuman soda dingin, yang diambil-nya dari ICE BOX sebelah sofa. "Thanks.." Ucap Jejung pelan terlihat gak semangat hidup. "Hey, don't weak like that. My Unnie will be sad when see you." Ujar Jima membujuk, tapi setengah nyawa Jejung seakan ikut bersama Mika.

"Permisi..." Seorang wanita berpakaian putih-merah jambu muncul dari balik pintu nomor 134 itu. "Apa salah satu dari kalian adalah keluarganya?" Sambil bergantian memandangi Jima dan Jejung. "Oppa..i think you must go with her..i'll be stay here with Unnie.." Jejung mengangguk setuju dan pergi bersama wanita yang disebut suster.

"Silahkan duduk, terima kasih, Hun." Kata Dokter menyuruh Jejung duduk dan menyuruh suster yang bernama Hun tadi meninggalkan mereka berdua saja. "Apa kabar, Tuan?" Bisa lihat sendiri, batin Jejung. "Ada apa, Dok?" Mengabaikan pertanyaan basa-basi itu, karna Jejung bukan tipe orang yang suka ber-basa-basi. Apalagi untuk soal yang danger seperti ini, soal Mika.

TBC....

Fanfic "My Baby" chap 7

Tok tok tok..."Annyong..." Belum ada sahutan dari orang dalam rumah. Klek.."Lho gak dikunci?" Cukup heran karna pintu si pemilik rumah gak terkunci, karna tak kunjung mendapati sahutan. Perasaan Jima gak enak, jadi dia putuskan untuk masuk dan menuju kamar utama. "Aigo...Unnie..are u okay? Unnie,,wake up,,someone help me !!!!!".....

"Tolong siapkan obatnya saja, ya.".."Baik."...Seseorang gadis dengan napas ngos-ngos-an berlari ke arahnya, "Dokter, bagaimana keadaan Unnie saya?" Pria paruh baya dengan pakaian serba putih ini tersenyum tipis namun bukan senyum itu yang dilihat Jima. Lebih terlihat terpaksa malahan. "Bisa ikut ke ruangan saya? Ada hal penting, yang mungkin kamu bisa membantu menyelesaikan-nya...mari." Dokter itu berjalan duluan, Jima membuntuti dari belakang.

"Ini..saya temukan ini di kantong jins-nya." Dokter itu menyerahkan sebuah benda pada gadis yang ber-perawakan mungil dan blonde-hair itu. "Kertas??" Tanya-nya pada dirinya sendiri. Ada nomor telpon yang tertulis di sana lah yang membuatnya bingung. Seakan mendapat telepati entah dari siapa, "Maaf, apa saya boleh keluar sebentar, Dok?" Dokter mengangguk dan setelah keluar, Jima dengan kecepatan jarinya yang mencapai 220 km/s mengetik beberapa digit nomor di HP-nya. Dan seseorang di seberang sana mengangkatnya...

Mobil jaguar sedan yang berkilau di bawah naungan sinar matahari yang terik membakar permukaan bumi yang padat nan sesak itu, memutuskan untuk berhenti di bawah pohon besar dan rindang. Matanya menerawang jauh, entah memandangi apa. Yang jelas kini pikiran-nya sedang kusut karna seorang gadis. "Haahhh.." Hembusan nafas yang berat menandakan begitu kritis-nya oksigen yang masuk ke paru-paru-nya. Are u a good girl..Good girl..Yup, HP-nya berdering keras. "Mmmm..?" Merasa tak mengenal nomor tersebut, tapi diangkat-nya juga. "Yeoboseo..." Dan jelas terdengar suara cewek yang sengak (may be pilek, pikirnya) menyahut...

Dan gak butuh waktu perkenalan, berita buruk diketahui Jejung. Tanpa berlama, dia langsung tancap gas, melaju kembali di bawah sinar matahari yang sepertinya senang menebar kecerahan di hati-nya yang sedang panas. Dan kini semakin panas..

TBC...

Kamis, 02 Desember 2010

Fanfic "My Baby" chap 6

Bruukkk..."Aaawww..!" Kaki Mika tepat menabrak kaki meja ruang tamunya. Di elus-elus kaki-nya yang maybe besok-nya bakal biru. "Ouh, what's wrong with me? I'm stupid for today, coz him. OMG..!?" Seakan teringat sesuatu yang penting. Secepat-nya dia obrak-abrik semua isi tas ransel-nya. (Mika selalu menggunakan tas ransel karna menurutnya jauh lebih muat banyak dan gak bikin bahu rendah sebelah) Daaaaannnnn..Tarrraaaa ! "Nah, ini dia..!" Ujung kertas amplop itu pun segera di robek-nya, saking penasaran dengan yang ada di dalamnya. "Kaset CD? Maksudnya apa sih !?"

Setelah ber-semedi selama 2 menit, barulah sebuah titik terang menghampiri otak Mika. "CD Player ! Pabo Mika ! Bego, dari tadi keq." Yup, walau cuma 2 menit. Tapi bagi Mika itu setara dengan 2 jam, Lebay sih. Dengan langkah seribu, akhirnya dia sampai juga di ruang keluarga. (Maksudnya ruang dirinya seorang) Dan memasukkan CD tadi ke Player-nya..Tak lama kemudian tampilan film pun terpampang di layar TV-nya. Tampilan yang baginya gak asing lagi, bahkan kini otaknya bekerja keras mengingat apa yang kini dilihat-nya.
Mata yang sedari tadi tak berkedip kini terasa lembab dan basah...hingga meneteskan butiran bening dari mata indah-nya itu.

"Hiks..hiks..God, Take me out from this earth ! I was a stupid girl, Pabo !" Mika meremas-remas bantal yang sedari tadi menemaninya saat menonton dan tadahan untuk menangis. Seakan meraung seperti orang sakit jiwa. (ciri-ciri :: menarik-narik ujung rambut, teriak keras-keras, meronta-ronta gak jelas, dan kalau mau tau lebih jelas silahkan datang ke tempat yang bersangkutan) "Boo, mianhae..jongmal mianhae..hiks..hiks.."

Mata yang sembab, tubuh yang terasa remuk, dan tak punya semangat hidup. Itulah yang kini terjadi pada Mika. Di rumah sendirian, gak ada yang menghibur walau hanya menjadi tempat curhatan. Hampir semalaman tak ada kata yang terucap di bibir keringnya setelah tangisnya kemarin sore. Gak ada oksigen yang menembus sampai ke rongga paru terdalam, terasa sesak. Langit-langit kamar yang di desain-nya dengan gambar anime 'Summer in Seoul' (judul novel yang di sukainya). Gambar dengan nuansa oranye musim panas, kemarau. Seorang gadis yang berada dalam pelukan seorang pria. Mereka sempurna, cantik dan tampan.

"Aku ingin berada di sana. Di gambar yang tak hidup, namun berpelukan dengan-nya. Aku ingin selalu dalam pelukan itu, selamanya." Dengan suara lirih, bahkan hampir tak terdengar Mika seakan mengucap sebuah harapan. Walau terlihat hanya mimpi bisa menjadi kenyataan. Karna kini kenyataan-nya dia telah merasa menjadi orang paling terjahat se-dunia. Paling terbodoh se-dunia.Tentu aja itu menurut-nya, bukan pendapat orang lain. Dengan rasa malas yang jauh lebih kuat, akhirnya dia tertidur kembali. Dan getaran HP-nya pun terabaikan oleh rasa kantuk itu...

"Sorry...the number who is calling is busy..try in a few minute.." Suara operator itu-itu aja yang didengar oleh Cowok ber-jas hitam ala formal. Yang kini sibuk ber-pikir keras dengan apa gerangan yang terjadi pada yang di seberang sana, seseorang yang tak menjawab telepon dari-nya. "Please,,," Namun suara itu kembali menjawab, membuatnya muak dan memutuskan untuk keluar dari ruang kerjanya.

TBC..