MY BLOG

It's my blog...
i'm a cassiopeia...
i love TVXQ..DBSK..DBSG..THSK..JYJ..HoMin...

WELCOME...!!!! :D

Selasa, 07 Desember 2010

Fanfic "My Baby" chap 11

"Aaww..." Erang Jejung sambil memegangi kepala-nya yang masih terasa berat sebelah. Pandangannya masih rada kabur tapi dia tau, Jima kini lah yang duduk di sebelah ranjang pasien-nya. "Oppa...hiks..hiks.." Jima mencengkram lembut kemeja lengan Jejung. Mendengar isakan Jima, si empu-nya kemeja memperbaiki posisi-nya menjadi duduk. Kedua tangannya menepuk pelan bahu Jima yang sedari tadi menunduk lemah.

"Tenanglah..kau kenapa?" Kini pandangan dan kinerja otak Jejung sepenuhnya kembali pulih. "Hiks..hiks..Oppa.." Mencoba menenangkan diri dan menghapus air mata di pipinya..." Oppa harus janji satu hal..don't cry like me..." Jejung mengusap kepala Jima, hendak mengajak bercanda. " Come on, can you tell me, what's happen with you?" Jima menggelengkan kepala, "Nothings happen with me, but...hiks..with Unnie ! Huhuhuu..." Tangis Jima semakin membeludak kancang, rasa sedih yang melanda hatinya seakan memberontak keluar. Air muka Jejung mengeras, kepalanya terasa panas. Seakan aliran darah-nya berhenti mengalir dan oksigen di ruang ber-AC itu mendadak lenyap.

Sesuatu yang buruk terjadi pada pujaan hati-nya itu ! Jejung menarik Jima menuju ruang rawat Mika. Namun setelah berada di ambang pintu, tiba-tiba keberanian Jejung ciut. Dia hanya tak sanggup bila harus melihat seorang yang mengisi hatinya kini telah pergi. "Come on..." Jima menarik-nya untuk masuk.

Tubuh Mika terhalang oleh beberapa orang. Mereka keluarga Mika. "Umma..Appa..ini Jejung Oppa.." Mereka berbalik menghadap Jejung. Jejung dapat melihat dengan jelas, wajah mereka sangatlah menyedihkan. Wajah mereka basah dengan air mata, kantung matanya pun lembab.."Oh, nak. Silahkan..." Suara pria paruh baya itu terdengar sengau. "Ne..Appa.." Dan Jejung pun melihat jelas apa yang ada di depannya kini.

"Umma..tenanglah..hiks..hiks..." Jima ingin menenangkan tetapi air mata menghujamnya kembali. Seiring tangisan 3 orang di belakang-nya itu, mata Jejung hanya terfokus pada apa yang dilihatnya. Sesosok jasad yang kosong tak bernyawa. Wajah pucat dan bibir yang kering membiru. Inikah Mika yang kukenal? Tanya-nya dalam hati. Tentu benar, bodoh. Hati-nya menjawab. Akhirnya tak mampu membendungnya lagi, Jejung menangis dan memeluk tubuh kaku itu. Terasa dingin. Tangisnya semakin menjadi-jadi saat kedua ortu Mika menariknya perlahan. Karna dokter dan para suster akan membawanya ke ruang lain.

Ini bukan kiamat. Tapi kiamat bagi seseorang yang ditinggal kekasih hatinya mati. Ya...mati tanpa dirinya yang menemani saat terakhir itu. "TIIIIIDDDDAAAAKKKKK  !!!!!!!" Teriakan itu seakan lenyap termakan angin. Kini dia berada di lantai gedung rumah sakit paling atas. Sampai dia terduduk lemas. Tenaga-nya habis karna menangis tanpa henti serta berteriak.

Minggu, 05 Desember 2010

Fanfic "My Baby" chap 10

"Hhhhaahh...eemmm.." Erangan Mika membangunkan Jima yang tertidur pulas di pinggiran ranjang-nya. "Eh,,Unnie. Kamu bangun juga akhirnya..sebentar ya.." Jima segera berlari keluar. Dan tak lama kemudian beberapa orang, masuk di belakang Jima. Dia dokter dan suster yang tadi menangani Mika, "Dok, Unnie saya udah bangun !" Semburat wajah ceria Jima memandangi wajah lemah Mika.

Sebuah alat (teleskop) kini bergantung di telinga si dokter, dan memeriksa keadaan pasien-nya tersebut. Gerakan si Dokter terlihat berbeda. "Kenapa, Dok?" Jima merasakan hal itu. Wajah pria paruh baya itu berubah drastis, menjadi panik se-panik-panik-nya. "Hun, Min...cepat panggil yang lain. Bawa dia ke ruang ICU, segera !" Ujarnya pada 2 wanita yang menemaninya tadi, mereka pun berlari keluar. Jima merasa di-kacangi-sama-si-tua-itu. Jadi dia segera menarik lengan baju putih itu gemas, "Dok, listen to me..what happen with my Unnie !?"

"Nak, sabarlah. Tuhan berkehendak lain...dia..." Tak perlu melanjutkan-nya. Jima udah tau jawaban laknat itu..Refleks dia menangis di atas tubuh yang tak bergerak walau sudah di guncang-nya ber-kali-kali. Dokter itu gak berbohong seperti yang dikira-nya. "Ini lelucon paling jelek, Unnie..! Bangun lah..kumohon BANGUN !!!" Mau teriak 100 kali dengan oktaf 8 pun gak akan mengubah keadaan. Gadis itu tetap bergeming, tak menyahut.

Sederas apapun hujan yang membasahi-nya..dia tetap diam. Sekencang apapun angin yang menerpa-nya..dia tetap diam. Sedahsyat apapun gempa yang mengguncang-nya..dia tetap diam. Karna raga itu telah kosong. Jiwa yang tak menyatu lagi hanya dapat memandangi raga-nya dari kejauhan. Melihat seorang gadis yang sangat disayangi-nya menangisi kepergian-nya itu.

Tangan yang hendak membelai rambut gadis itu tembus. Tak tergapai sedikit pun, ya..dia telah mati. Mereka telah berada di dunia yang berbeda 180'. Sebelum berfikir banyak tentang semua itu, seseorang menarik lengan-nya. Seseorang yang seperti cahaya, mempu menyilaukan setiap mata yang melihat-nya. Namun tak banyak waktu untuk bertanya, jiwa Mika masih shock karna ini semua. Maka dia membiarkan seseorang itu (yang sepertinya seorang cewek) membawanya entah kemana...Dan dia baru menyadari bahwa ada sepasang sayap yang melekat di punggung-nya dan cewek itu..

TBC...

Fanfic "My Baby" chap 9

"Ehmm..." Gaya para kebanyakan Dokter yang biasanya akan menyampaikan sesuatu, sambil memperbaiki letak kacamata-nya. Dia bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah sebuah gambar dinding terawang yang menggambarkan semacam tulang-tulang. "Kemarilah.." Ujar-nya tak berbalik arah, tapi Jejung tau bahwa itu di tujukan padanya (Memangnya ada orang ketiga selain mereka? gak, kan?!)

"Apakah anda merasa bahwa adik anda mengidap suatu penyakit?" Dia bukan adik-ku, batin Jejung. "Ani,,kenapa, Dok?" Si Dokter kembali mendesah, "Hahh...menurut diagnosa yang kami lakukan..Adik anda mengidap penyakit yang cukup serius.." Jejung merasa muak dengan segala basa-basi yang diberikan pria tua berpakaian putih-putih itu. Maka ditariklah kerah pakaian dokter-nya oleh Jejung, "Cepatlah, aku tak suka berbasa-basi bila itu tak membantu sama sekali !!" Si Dokter tentu aja kaget seper-empat mati, setelah Jejung melepas cengkraman dari kerah-nya, si Dokter merapikan dan segera to the point.

"Dia mengidap kanker paru-paru." Cttaaarrrrrrrrr...!!! Seakan ribuan petir menyerbu kepala Jejung saat itu juga. Tiba-tiba kaki-nya terasa lemas dan tak mempunyai tenaga untuk berdiri. Untung aja si Dokter refleks menahannya sebelum jatuh telak ke lanta keramik yang terlihat berkilau itu. "Istirahat lah, di sini." Pesan Kobu, tackname si dokter tadi sebelum meninggalkan Jejung di sofa yang ada di ruang tersebut.

"Oppa lama sekali..." Jima sedari tadi mondar-mandir di depan ranjang Mika, yang sedari tadi belum siuman juga. Kini mata Jima menatap tubuh yang terlihat rapuh itu, dan mendekatinya. "Unnie..kamu beruntung. Dia terlihat sangat mengkhawatirkan-mu..bangunlah..apa kamu tega melihatnya seakan terpuruk begitu??" Ya..seseorang yang cukup aneh, karna mengajak bicara seseorang yang sedang tak sadarkan diri...

Namun tak semua seperti itu, bukan? Mika memang belum siuman, tapi dia mendengar. Mendengar semua yang tak diketahui oleh yang lain-nya..

TBC...

Sabtu, 04 Desember 2010

Fanfic "My Baby" chap 8

Setelah memarkir di tempat yang tepat, dengan segera Jejung turun. Berlari secepat mungkin hingga menemukan seorang yang dicari-nya. Dia duduk di ruang tunggu. "Annyong..kamu yang menelpon saya tadi, kan?" Masih dengan ngos-ngos-an. Jima bangkit dari duduk-nya, "Oh ya..Jima imnida." Jejung menyambut jabatan tangan-nya, "Kim Jejung imnida. Bagaimana Kama..eh i mean Mika.." Jima tak menjawab tapi langsung mengantar cowok itu menuju gadis yang dia cari-nya.

Sosok yang sangat familliar di hidup-nya, kini tengah terbaring lemah. Seakan tersiksa dengan selang yang menyumbat hidungnya dan punggung telapak tangannya. Wajah yang pucat, sungguh pemandangan miris bagi Jejung. Terlebih sosok itu adalah gadis yang mengisi kepala-nya setiap saat. Gadis yang dicintai-nya sejak pertama kali dilihat-nya. Gadis yang sendirian, yang jauh dari keluarga.

"Tadinya aku hendak mengajaknya jalan-jalan shoping. Tapi setelah...yah, aku kaget melihat Unnie-ku seperti ini, dia lemah." Jejung tetap terdiam di sisi ranjang pasien, namun masih mendengarkan penjelasan Jima. Gadis itu menawarkan-nya minuman soda dingin, yang diambil-nya dari ICE BOX sebelah sofa. "Thanks.." Ucap Jejung pelan terlihat gak semangat hidup. "Hey, don't weak like that. My Unnie will be sad when see you." Ujar Jima membujuk, tapi setengah nyawa Jejung seakan ikut bersama Mika.

"Permisi..." Seorang wanita berpakaian putih-merah jambu muncul dari balik pintu nomor 134 itu. "Apa salah satu dari kalian adalah keluarganya?" Sambil bergantian memandangi Jima dan Jejung. "Oppa..i think you must go with her..i'll be stay here with Unnie.." Jejung mengangguk setuju dan pergi bersama wanita yang disebut suster.

"Silahkan duduk, terima kasih, Hun." Kata Dokter menyuruh Jejung duduk dan menyuruh suster yang bernama Hun tadi meninggalkan mereka berdua saja. "Apa kabar, Tuan?" Bisa lihat sendiri, batin Jejung. "Ada apa, Dok?" Mengabaikan pertanyaan basa-basi itu, karna Jejung bukan tipe orang yang suka ber-basa-basi. Apalagi untuk soal yang danger seperti ini, soal Mika.

TBC....

Fanfic "My Baby" chap 7

Tok tok tok..."Annyong..." Belum ada sahutan dari orang dalam rumah. Klek.."Lho gak dikunci?" Cukup heran karna pintu si pemilik rumah gak terkunci, karna tak kunjung mendapati sahutan. Perasaan Jima gak enak, jadi dia putuskan untuk masuk dan menuju kamar utama. "Aigo...Unnie..are u okay? Unnie,,wake up,,someone help me !!!!!".....

"Tolong siapkan obatnya saja, ya.".."Baik."...Seseorang gadis dengan napas ngos-ngos-an berlari ke arahnya, "Dokter, bagaimana keadaan Unnie saya?" Pria paruh baya dengan pakaian serba putih ini tersenyum tipis namun bukan senyum itu yang dilihat Jima. Lebih terlihat terpaksa malahan. "Bisa ikut ke ruangan saya? Ada hal penting, yang mungkin kamu bisa membantu menyelesaikan-nya...mari." Dokter itu berjalan duluan, Jima membuntuti dari belakang.

"Ini..saya temukan ini di kantong jins-nya." Dokter itu menyerahkan sebuah benda pada gadis yang ber-perawakan mungil dan blonde-hair itu. "Kertas??" Tanya-nya pada dirinya sendiri. Ada nomor telpon yang tertulis di sana lah yang membuatnya bingung. Seakan mendapat telepati entah dari siapa, "Maaf, apa saya boleh keluar sebentar, Dok?" Dokter mengangguk dan setelah keluar, Jima dengan kecepatan jarinya yang mencapai 220 km/s mengetik beberapa digit nomor di HP-nya. Dan seseorang di seberang sana mengangkatnya...

Mobil jaguar sedan yang berkilau di bawah naungan sinar matahari yang terik membakar permukaan bumi yang padat nan sesak itu, memutuskan untuk berhenti di bawah pohon besar dan rindang. Matanya menerawang jauh, entah memandangi apa. Yang jelas kini pikiran-nya sedang kusut karna seorang gadis. "Haahhh.." Hembusan nafas yang berat menandakan begitu kritis-nya oksigen yang masuk ke paru-paru-nya. Are u a good girl..Good girl..Yup, HP-nya berdering keras. "Mmmm..?" Merasa tak mengenal nomor tersebut, tapi diangkat-nya juga. "Yeoboseo..." Dan jelas terdengar suara cewek yang sengak (may be pilek, pikirnya) menyahut...

Dan gak butuh waktu perkenalan, berita buruk diketahui Jejung. Tanpa berlama, dia langsung tancap gas, melaju kembali di bawah sinar matahari yang sepertinya senang menebar kecerahan di hati-nya yang sedang panas. Dan kini semakin panas..

TBC...

Kamis, 02 Desember 2010

Fanfic "My Baby" chap 6

Bruukkk..."Aaawww..!" Kaki Mika tepat menabrak kaki meja ruang tamunya. Di elus-elus kaki-nya yang maybe besok-nya bakal biru. "Ouh, what's wrong with me? I'm stupid for today, coz him. OMG..!?" Seakan teringat sesuatu yang penting. Secepat-nya dia obrak-abrik semua isi tas ransel-nya. (Mika selalu menggunakan tas ransel karna menurutnya jauh lebih muat banyak dan gak bikin bahu rendah sebelah) Daaaaannnnn..Tarrraaaa ! "Nah, ini dia..!" Ujung kertas amplop itu pun segera di robek-nya, saking penasaran dengan yang ada di dalamnya. "Kaset CD? Maksudnya apa sih !?"

Setelah ber-semedi selama 2 menit, barulah sebuah titik terang menghampiri otak Mika. "CD Player ! Pabo Mika ! Bego, dari tadi keq." Yup, walau cuma 2 menit. Tapi bagi Mika itu setara dengan 2 jam, Lebay sih. Dengan langkah seribu, akhirnya dia sampai juga di ruang keluarga. (Maksudnya ruang dirinya seorang) Dan memasukkan CD tadi ke Player-nya..Tak lama kemudian tampilan film pun terpampang di layar TV-nya. Tampilan yang baginya gak asing lagi, bahkan kini otaknya bekerja keras mengingat apa yang kini dilihat-nya.
Mata yang sedari tadi tak berkedip kini terasa lembab dan basah...hingga meneteskan butiran bening dari mata indah-nya itu.

"Hiks..hiks..God, Take me out from this earth ! I was a stupid girl, Pabo !" Mika meremas-remas bantal yang sedari tadi menemaninya saat menonton dan tadahan untuk menangis. Seakan meraung seperti orang sakit jiwa. (ciri-ciri :: menarik-narik ujung rambut, teriak keras-keras, meronta-ronta gak jelas, dan kalau mau tau lebih jelas silahkan datang ke tempat yang bersangkutan) "Boo, mianhae..jongmal mianhae..hiks..hiks.."

Mata yang sembab, tubuh yang terasa remuk, dan tak punya semangat hidup. Itulah yang kini terjadi pada Mika. Di rumah sendirian, gak ada yang menghibur walau hanya menjadi tempat curhatan. Hampir semalaman tak ada kata yang terucap di bibir keringnya setelah tangisnya kemarin sore. Gak ada oksigen yang menembus sampai ke rongga paru terdalam, terasa sesak. Langit-langit kamar yang di desain-nya dengan gambar anime 'Summer in Seoul' (judul novel yang di sukainya). Gambar dengan nuansa oranye musim panas, kemarau. Seorang gadis yang berada dalam pelukan seorang pria. Mereka sempurna, cantik dan tampan.

"Aku ingin berada di sana. Di gambar yang tak hidup, namun berpelukan dengan-nya. Aku ingin selalu dalam pelukan itu, selamanya." Dengan suara lirih, bahkan hampir tak terdengar Mika seakan mengucap sebuah harapan. Walau terlihat hanya mimpi bisa menjadi kenyataan. Karna kini kenyataan-nya dia telah merasa menjadi orang paling terjahat se-dunia. Paling terbodoh se-dunia.Tentu aja itu menurut-nya, bukan pendapat orang lain. Dengan rasa malas yang jauh lebih kuat, akhirnya dia tertidur kembali. Dan getaran HP-nya pun terabaikan oleh rasa kantuk itu...

"Sorry...the number who is calling is busy..try in a few minute.." Suara operator itu-itu aja yang didengar oleh Cowok ber-jas hitam ala formal. Yang kini sibuk ber-pikir keras dengan apa gerangan yang terjadi pada yang di seberang sana, seseorang yang tak menjawab telepon dari-nya. "Please,,," Namun suara itu kembali menjawab, membuatnya muak dan memutuskan untuk keluar dari ruang kerjanya.

TBC..

Selasa, 30 November 2010

Fanfic "My Baby" chap 5

"Ini bukan ide yang bagus, lebih terkesan kuno Puko !"....."No..it's better than you have Gunjo !"...."Ahh, terserahmu aja lah." Yup, itu lah yang didengar Mika saat melewati ruangan Gunjo. Perasaan geli sempat dirasa Mika, tapi enyah begitu saja. Karna ada hal penting yang harus dipastikan-nya, seseorang yang bersama dengannya kemarin malam.

"Annyo...ng..?" Ruangan yang biasanya terang benderang (jendelanya tepat menghadap timur). Berubah remang-remang, jadi nuansa merah gelap. Warna kesukaannya. "Oh..masuk." Jejung menyambut gadis yang mengenakan pakaian paling santai di perusahaan-nya. Just t-shirt dengan jacket sepanjang lutut dan jins botol. "Bos ada apa memanggil saya?" Tanya Mika setelah duduk di sofa dekat es box. "Hmm..?" Uluran coca-cola dari Jejung diterima-nya. "Makasih." Terus menunduk tak berani menatap si bos. Takut kehilangan jantung-nya untuk kesekian kalinya. "Kamu suka tatanan ruang ini?" Ceeezzzzz...Mika baru aja buka minuman kaleng itu, mendadak terpaku. Kini ditatap-nya cowok yang..sungguh, matahari pun kan tersipu malu saat melihat ketampanan yang baru saja disadari oleh Mika.

"Apakah pendapat saya akan merubah-nya..? hahaha.." Tertawa garing..ya, dia ingin mengontrol diri dan jantung-nya. Jejung meneguk sedikit sprit-nya lalu melangkah ke arah tepat depan gadis yang menemani-nya sedari tadi...Mika. Dan berlutut di hadapan-nya. Tak perlu waktu lama, Mika segera menyadari apa yang terjadi. Dia beringsut di sofa, menjaga jarak dari Jejung. "Ehh..bos mau apa..?!" Katanya bersiap menyiram atasan-nya dengan minuman-nya. Namun segera diurungkannya saat...

" Karna saya percaya kamu. Saya harap kamu percaya bahwa..." Semakin dalam menatap mata coklat Mika, "Saya ingin mengenal kamu lebih dari sebatas atasan dan bawahan..hmm?" Tuh kan rongga dada kananku terasa hampa, jantungku hilang lagi. Batin Mika. Jangan menatapku seperti itu, Jejung. Hati Mika terpesona.
"Bos ini suka bercanda ya? Hehehe.." Mengalihkan pandangan-nya. Jejung menggenggam jemari Mika lembut namun terasa seakan enggan dilepas-nya. "Apa saya terlihat seperti itu, Kama?" Mika secepat kilat bangkit dan menjaga jarak dari Jejung, minuman yang belum sempat diteguk-nya terjatuh dan tumpah. Pendengarannya gak salah, kan? Dia memanggilku dengan nama itu..? Bagaimana bisa..? Berbagai pertanyaan menyeruak otak Mika seketika.

Jejung tetap tenang dan bangkit dari posisi-nya dan berjalan ke arah Mika. Masih dengan wajah khas-nya. Cuek. "Sebegitu kaget-nya?" Alisnya bertautan namun senyum tipis terlukis jelas di wajah putih lembut bak kapas itu. "Kamu ini siapa sih? Sampai kamu.." Jejung membalikkan badan, berjalan ke arah meja kantor-nya. Mengambil sesuatu dari laci tersebut. "Kenangan memang tak selalu terkenang. It's okay, isn't you?" Mika semakin bingung gak berujung. Kepalanya mulai pusing namun tak di rasa oleh-nya. "Baiklah, tolong jelaskan semua ini. Aku semakin gak ngerti, bos !"

Dengan gerakan tetap santai, Jejung melangkah ke arah gadis yang memasang wajah bete setengah mampus. "Ini..." Menyerahkan sebuah amplop panjang berwarna coklat tua. "Apa ini?" Tanya Mika saat menerimanya. "Buka saja nanti. Oh ya, masalah tadi lupakan saja. Anggap aku belum mengutarakan perasaan itu." Ujar Jejung menuju ke arah pintu. "Baiklah, saatnya melanjutkan pekerjaan, bukan?" Yup ! Dia nyuruh aku keluar, batin Mika mendengus. "Annyong gaseo.." Dan Mika pun berlalu dari pandangan Jejung. "Yaa..mungkin waktu 7 tahun itu sebentar. Tapi melupakan kenangan untuk saat yang sebentar itu pun terasa sulit..." Dan pintu itupun tertutup kembali, hanya membekap seseorang yang merasa kesepian walau sedetik lalu ribuan bunga berhambur ke arah-nya, namun kini lenyap sedetik kemudian terbawa angin taifun.


TBC...

Senin, 29 November 2010

Fanfic "My Baby" chap 4

Hanya lagu lembut yang menemani makan malam Mika dan Jejung. Romantis? Mungkin bagi Mika, ya. Tapi mana tau dengan Jejung. "Bagaimana saya di mata anda?" Mika seketika tersedak namun segera meneguk jus apple yang tadi dipesannya. "Emm..jujur?" Duh bego, yaiyalah. Batin Mika ngomel. "Entahlah.." Jejung santai. Jujur kamu tuh sok cuek, sok berwibawa dan bla-bla-bla..Tapi untuk malam ini, kamu beda.. "Bos sangat cuek, selalu mementingkan kemajuan perusahaan tanpa ingin tau perjuangan mereka mendapatkan itu semua, terlalu dingin dan jarang tersenyum dan.." Astaga, dia udah terlalu banyak mengungkapkan semua yang dirasakannya.

Mika salting sejenak, Jejung tersenyum tipis namun tak terlihat Mika karna malam hari. Sambil garuk-garuk kepala-nya yang gak gatel, Mika berkata, "Bos..saya tadi cuma.." Jejung mencondongkan tubuh agak lebih dekat (sangat) dengan Mika, dan pastinya membuat jantung gadis itu loncat entah kemana. "Apa kamu punya usul yang bagus, agar saya menjadi sesuatu yang lebih baik di mata karyawan?" Saat Jejung kembali ke posisi semula, barulah Mika tau dimana letak jantungnya. Di kaki-nya.

"Tersenyum walau 1x sehari itu sudah sangat cukup, tapi itu hanya pendapat koq bos." Buru-buru ditambahkannya. Jejung tersenyum namun kini dapat dilihat oleh Mika, dan membuat jantung gadis itu berpindah entah kemana lagi. Jejung merogoh kantong pada tuxedo-nya. HP-nya. "Ya...yes i'am..Hmm wait a minute.." Beralih memandang Mika, "I'm sorry, i'll be back." Dan beranjak meninggalkan Mika yang masih bengong. "Oh God, i feel my heart is dead.."

"Gomawo bos,," Mika melepas safety belt-nya. "Good night." Mika tersenyum tulus, "Good night.." Jejung balik tersenyum tipis. Setelah melambaikan tangan yang kemungkinan besar toh Jejung tak melihatnya, karna itu baru dilakukan Mika setelah mobil Jaguar sedan itu jauh. Dia jadi tersenyum sendiri saat mengingat makan malam yang baru saja dia lalui dengan bos tampan plus mirip si member boyband yang dia sukai itu..

"Sorry leave you alone,," Ucapnya saat kembali dari acara telpon-menelpon. Mika mendongak dan tersenyum polos, "It's okay,,hmm i think i must go home now. Coz i deny if tomorrow i can wake up early than before.." Mika bangkit dan hendak beranjak, tetapi tangan asing menahannya. "Kamu ikut mobil saya." Mika menolak, "Gak usah repot-repot bos, saya biasa koq." Jejung masih menggenggam tangan mungil Mika. "Kamu tanggung jawab saya, saya yang mengajak, kan?" Mika akhirnya luluh (bukan karna kata-kata si bos, tapi karna tangan mereka yang masih bertautan) hehe.."Baiklah bos." Akhirnya Jejung melepas tangan gadis itu dan berjalan lebih dulu ke arah kasir untuk membayar pesanan mereka tadi. Setelah selesai barulah mereka berjalan beriringan menuju mobil hitam metalik yang mampu menyilaukan mata yang melihat...

Tuhan gak pernah tidur. Dia tau siapa aja umat-nya yang membutuhkan kebahagiaan, maupun telah merasakannya namun belum puas. Tapi Aku termasuk di yang pertama, batin Mika senang. "Yah, walau ini hanya kebetulan. Meski aku berharap esok hari kau kembali seperti malam ini..itu cukup membuktikan padaku bahwa mimpi ini gak cuma mimpi semalam. Tapi untuk selamanya, selama aku masih melihat dan berada di dekatmu..." Sambil menerawang ke arah langit, sebelum dia putuskan untuk masuk dan membiarkan malam sendiri. Tanpa dirinya yang memandangi tanpa henti.

Fanfic "My Baby" chap 3

Menghabiskan 24 jam di rumah adalah hal ke-2 yang sangat-sangat mem-bete-kan. Setelah beradu pendapat dengan si gendut. Itu sebutan Mika khusus dan hanya untuk asistennya yang cereweeettt...

"Bu, ini masalah serius." (aku masih umur 21 loohhh) "Jadi jangan dianggap remeh." Bila mata orang beriman, nyata bisa melihat hawa api yang kini menjalar di seluruh tubuh Mika. Mencoba tenang, "Saya gak pernah menganggap remeh semua hal, mau itu hanya sekecil pasir maupun sebesar tyrex.." Mulai jengah, "Jangan beranggapan semacam itu. Saya bukannya gak menyukai konsep yang kamu ajukan, tapi.." Suara pintu terbuka menghentikan kata-kata Mika, dan yang nyembul dari situ. Gunjo.

"Mengapa tak di coba dulu..kan tak ada salahnya?" Yup, sudah tau kn siapa yang dibelanya. "Ya tapi,,ah terserah kalian aja lah. Toh besok aku absen.." Putus asa dan memutuskan untuk bangkit dan keluar dari ruangan yang tadinya unik berubah jadi jijik. Gunjo tetap di dalamnya, ah peduli amat. Pikir Mika, terus melenggang dengan otak yang ruwet. Sampai tak menyadari sepasang mata coklat nan pekat memperhatikan nya walau dari kejauhan...Itulah yang terjadi 14 jam yang lalu.

Mungkin dengan searching google bisa lebih membantu menghilangkan rasa penat. Maka dia putuskan untuk bangkit dari kasur yang seakan memiliki magnet kuat untuk kembali menarik tubuh tinggi semampai itu agar kembali tidur. Tapi untung karna gaya gravitasi yang dimiliki Mika bisa melawan. wkwkwkw
"TVXQ.." Yup itulah yang dia ketik dan tak lama kemudian keluar banyak tab dengan berbagai news nya. Klik paling atas dan info yang cukup lengkap tentang TVXQ keluar. Dan dengan telaten di baca dan di simpan di otaknya yang alhamdulilllah dah pulih 98%.

"Hmm jadi si bos itu mirip sama yang namanya Kim JaeJoong. Kim nya koq pas sama juga? Tuhan emang punya kuasa yang gak pernah bisa di duga manusia. Pesona yang di berikan laptop nya, mampu membuat Mika bertahan di depan nya selama 5 jam ! Sibuk, ya..dia sibuk melakukan hal-hal yang membuat nya senang agar memory si gendut gak kembali mampir,,hehehe..

Tapi waktu itu gak pernah berhenti, kan? Seandainya hidup bisa di PAUSE untuk beberapa lamanya, mungkin hari ini dia gak bakalan kembali ke kantor yang ini-ini aja. Dan kembali melihat wajah bulet si Poka. Kalo aja dia bukan cewek, uuhh pasti udah aku gebukin. Bukannya menyombong tapi saat Mika SMA kelas 1 pernah ikut silat. Walaupun gak sampai pake sabuk hitam tapi kan udah punya pengalaman, kan?

"Kamu dipanggil bos." Gunjo yang tiba-tiba muncul dan menepuk bahu Mika, membuat si empu-nya bahu bergidik. Seakan nyawanya baru aja masuk ke raga-nya. "Egh..apa?" Si Gunjo menaikkan alis, "Hei, aku serius. Apa?" Mika membalik ke arah cowok keren tapi sok itu. "Kamu di suruh ke ruangan bos !" Tanpa basa-basi Mika memutar ke arah timur daya dari posisinya di barat daya. (Lengkap amat ya ampe arah angin)..hehe..

"Masuk." Eh tuh manusia emang dukun ya? Belum juga ngetuk pintu eh..udah di suruh masuk, hebat. Mika pun masuk tapi gak langsung duduk, seperti yang dia lakukan minggu lalu. "Hmm?" Bertanya lewat gerakan mata yang menuju ke arah kursi. "Eh, ya." Dan Mika pun duduk. "Dia cocok?" Hah, dia siapa? Batin Mika penasaran. "Maksud bos?" Jejung bangkit, tapi kini berjalan ke arah rak buku dan bukan ka arah Mika, seperti yang dia takutkan saat Rapat Personal dulu. "Poka, asistenmu." Kini mengambil buku tebal dan kembali duduk. "Hmm, cocok sih.." Merasa ganjil berkata cocok yang berarti klik. "Mau diganti?"

Keluar Kafe Mundo biasanya membawa hawa segar karna udah ngopi. Tapi setelah meneguk sekitar 4 cangkir kopi, toh hawa yang di rasakannya malah terasa sesak. Bukannya keturunan bengek tapi ini semua karna si bos Jejung...
"Mau diganti?" MAUUU ! Tapi terdengar jahat bila dia membuat seseorang kehilangan pekerjaan hanya karna Mika merasa gak cocok dengannya. "Saya gak punya hak, bos. Semua terserah bos aja." Walau Mika merasa ingin. "Saya gak mungkin mau mengganti kamu, itu sama aja melepas berlian ke jurang." Itu berarti bahwa si bos sangat membutuhkannya, bahkan meng-istimewakan-nya. Tapi bukankah itu terdengar bahwa dia di-istimewa-kan karna membawa keuntungan bagi perusahaan-nya.
"Jadi saya memilih untuk memecat-nya dari asistenmu dan menerimanya di posisi asisten Gunjo." Hahahaha (ketewa setan) Biar tau rasa tuh si sok. Gimana rasanya kerja sama bereng orang yang nyolot and nyebelin kayak dia. "Begitu ya.." Mika merasa senang namun tersembunyi di balik wajahnya yang mulai murung. "Ya, bisa kan bila malam nanti kita lanjutkan di Resto Jimbo?" Bos ngajak meeting lagi, tapi di resto? Jangan Ge-Er deh Mik, batin-nya menyahuti.

"Kudu pake apa nih?" Terus mengacak-acak lemari baju-nya. "Ini aja deh, peduli amat. Toh bukan Candelight Dinner juga." Dan-dan selama 15 menit dan siap meluncur dengan taksi yang memang di carternya saat keluar dari Kafe tadi. Kini malam yang penuh bintang siap melepas 1 buah gemerlapnya untuk mereka yang menginginkan Lucky Wish, yang mungkin Mika termasuk di dalamnya.

Tangan yang melambai, itu dia. Jejung memilih tempat duduk yang dekat dengan kolam renang dan cukup jauh jaraknya dengan pengunjung lainnya. Makin deg-deg-an aja hati Mika. Dengan langkah santai namun dag-dig-dug akhirnya dia sampai dan duduk tepat berhadapan dengan si pangeran yang sialnya hari ini ganteeeng banget ! Dia mengenakan tuxedo putih gading dan celana yang kayaknya terbuat dari kain katun berwarna hitam pekat.
Yang sungguh 180'  berbalik dengan gadis yang duduk di hadapnya. Hanya t-shirt warna biru gelap motif laut dan jins kelabu gelap model botol. Hellooo..jangan salahkan mereka yang menyempatkan untuk sekedar memberikan pandangan aneh pada dua anak manusia yang berbeda style. Bagai cincin permata dan kotak pembungkusnya.

TBC...
^^XIAH^^MICKY^^HERO^^MAX^^U-KNOW^^


TOHOSHINKI

THEY STILL FIVE
ALWAYS FIVE
FIVE FOREVER

Minggu, 28 November 2010

Fanfic "My Baby" chap 2

Udah ada seminggu dia kembali bekerja seperti biasanya. Kembali mengurus konsep-konsep dengan gambar sketnya. Tapi dia seperti berbeda, merasa ada perubahan kecil yang berarti kini telah ikut mencampuri urusan kerjanya itu. Yaitu seorang asisten. Wow...sungguh sangat membantu, kan?! Tapi kenapa itu akan menjadi bibit dari masalah yang kini siap menerjang Mika sewaktu-waktu. "Mungkin hanya perasaanku saja." Sambil mengenyahkan pikiran jelek itu, dia putuskan untuk memesan kopi di Kafe Mondu favoritnya.

Hari minggu emang gak selalu menyenangkan. Bagi 98% orang pasti digunakan untuk berjalan-jalan bareng keluarga maupun teman-teman. Nah kalau keluarga kita jauh, dan sama sekali gak punya teman selain teman sekantor gimana dong? Pertanyaan itu sangat berlaku bagi Mika. "Gadis Penyendiri" atau "Gadis Kesepian" tentu jauh lebih baik daripada "Gadis Gila" ya kan? Semua disebabkan oleh pekerjaan yang menuntutnya untuk menghabiskan waktu dengan pensil serta penggaris. kalo pelukis gak pake penggaris, kan?

"Haaahhh.." Akhirnya selesai juga sket pertamanya. Ingat, ini baru pertama, belum yang kedua-ketiga-keempat dan seterusnya loohh..Fiiuuhhh. Dia gak pernah menyesal menerima pekerjaan macam gitu, hanya saja dia gak punya teman berbagi selain dengan Umma-nya. Pastinya lewat telepon, tapi kan rasanya pasti berbeda dengan bicara secara langsung. Tapi hidup adalah pilihan, dan dia telah memilih untuk merintis karir di negara orang, KorSel. Yang penuh dengan artis-artis dan gemerlap di dalamnya. Tinggal pintar-pintar si perantau-nya aja, kan?

Oh ya, ngomong-ngomong artis. Dia udah ketemu sama boyband yang beranggotakan 5 orang, cowok semua. Ganteng-ganteng banget dan lebih parahnya, salah satu anggota mereka wajahnya mirip si bos. Jatuh cinta pada pandangan pertama kali ya...setelah melihat mereka, Mika segera pulang dan search google. "Oh namanya TVXQ toh..Keren !" Dan itulah pertama kalinya dia mengenal boyband dan segala tetek-bengek nya. Dia menjadi fans TVXQ dengan nama CASSIOPEIA. "Semua bagus, tapi lebih bagus TVXQ karna aku suka, hehehe!" Ucapnya bangga.

Selesai cerita fans or apa lah itu. Sekarang kembali ke kehidupan nyata yang penuh dengan kesesakkan dan itu-itu aja. Jam 2 siang tepat waktunya untuk menjelajah supermarket. Tentu belanja mingguan, lo pikir nyerahin sembako ?! Setelah memasuki ruang besar yang penuh sesak dengan berbagai ranjang berisi macam-macam produk (koreksi: yang lebih banyak gak pentingnya). Pertama dia memasuki jejeran yang menyediakan keperluan mandi. "Sabun, Sampoo, Pasta and Sikat gigi. Cukup." Setelah semuanya masuk ke dalam keranjang yang dibawanya, dia menuju jejeran perlengkapan dan-dan. "Bedak, Roll, Lipgloss, Parfum, Masker, sip." Dan 1 jejeran yang kudu and musti dejelajahi, Makanan. Mika emang bukan tipe suka makan, tapi suka nyemil aja (emang apa bedanya? toh 2-2 nya sama-sama dikunyah).

Menghabiskan 30 menit di dalam supermarket masih mending daripada 30 menit dalam bus. Koq bisa? Ya bisa lah, bayangkan bila harus naik kendaraan panjang tanpa AC ?! OMG...panas cuy ! "Moga sempet.." Hendak mengumpat seorang yang telah membuatnya masuk ke dalam bus oven ini rasanya percuma aja, toh dia dah masuk ke dalamnya, kan?! Jadi yah sabaaarrrr...

Baru keluar dari supermarket HP-nya bergetar di saku kanan jins biru nya. "Kamu lagi dimana? Segera ke Kantor ya, bos nunggu. Bye !" Huuuhhh sekretaris centil itu gak ngebiarin Mika bicara atau sekedar balas bye. "STOP !" Tepat saat itu, bus berhenti dan seorang gadis bernafas lega karna bisa keluar dari sana hidup-hidup. Segera berlari tentu masih dengan barang belanjaan nya yang di bawa tangan kirinya. Sedangkan tangannya yang bebas mengelap peluh yang sejak tadi mengucur di pelipis dan dagunya.

"Hoossshhh..hoosshhh..ehmm, permisi.." Seakan mengucap permisi itu mengempiskan 1 kantung paru-parunya. Pintu terbuka dan seseorang dengan tampang acuh-tak-acuh menyambutnya. "Masuk." Tanpa tunggu dipersilahkan duduk, Mika berinisiatif melakukannya. Karna dia rasa kedua kaki dan paru-parunya lumpuh total. Jejung gak bersuara untuk protes dengan apa yang dilakukan bawahannya itu. Dia memutuskan untuk duduk di kursi besarnya yang dengan leluasa menatap orang yang duduk di depannya.

"Saya minta maaf karna mendadak." Ya ya ya...selalu saya maafkan. Eh, bentar deh. Tadi dia mengucap lebih dari 3 kata. Wow ! Sungguh keajaiban yang langka seperti halnya mendapati bintang jatuh di siang bolong. "Tak apa bos..jadi ada apa? ada masalah dengan kinerja saya?" Membenarkan posisi duduknya dan melirik ke arah tas belanjaan nya (nge-cek aja) lalu kembali menatap serius si cowok cuek yang sialnya hari ini ganteng banget. "Kamu tau soal Poka." Lama dia berfikir sampai akhirnya mengangguk, soalnya dia aja baru ingat kalo itu nama asisten nya sendiri. "Dia memberi laporan bahwa ada client yang protes." Wah, mata Mika membelalak, client yang mana tuh? Batin nya. "Dan saya putuskan agar dia yang menanganinya." Membenarkan posisi duduknya juga, "Bagaimana?"

Kesal, marah, muak, ber api-api pokoknya jadi 1 adonan dan menyebabkan kepalanya pusing berkeliling-keliling. Dengan langkah yang di hentak-hentakkan akhirnya dia sampai juga di rumah dengan selamat tak sentosa. "Bagaimana?" Jadi dia dipanggil mendadak yang dikiranya danger banget, ternyata hanya diminta berpendapat. What?! Mau nangis tapi takut gak bisa berhenti, mau marah tapi gak punya energi lagi, mau diam aja tapi hati bergejolak ingin segera dimuntahkan segala kekesalan yang ada. Pilihannya cuma 1. Tidur. Mingkin dengan itu, memory yang menyakitkan bisa ter-delete dan memory yang menyenangkan bisa ter-upload. Amin...


TBC....

Sabtu, 27 November 2010

Fanfic "My Baby" chap 1

 I can't life without you...
coz you are my life...
I can't breath without you...
coz you are my oxygen...
I can't see anything...
coz you are my eyes...
I can't hear anything...
coz you are my ears...
I can't stand up...
coz you are my legs...
I can't do anything...
coz only you i can do anything, my baby...


"Umma...aku masih harus di sini sampai bulan depan...ya aku baik-baik aja...ya Umma...Ya udah aku masih harus melanjutkan pekerjaanku..Bye Umma...Muaacchhh.." Perbincangan Mika dan Ummanya berhenti sampai di situ. Sekarang gadis berusia 21 tahun ini masih harus melanjutkan hal yang memang seharusnya dikerjakan sebelum diberi tatapan maut dan mengerikan si Jejung, bos-nya.

"Baiklah bu, saya harap dapat bekerja sama dengan baik dengan ibu dan bapak..kalau begitu saya akan mengurus semua hal yang masih perlu dipenuhi." Dengan langkah plong, Mika keluar dari ruang konsultan yang dinginnya 11-12 sama kutub, bbrrrrrrr.
Sesuatu menghentikan langkahnya, pria tampan dengan kulit seputih susu itu menghalangi jalannya. "Bagaimana hasilnya?" Tanya-nya tanpa basa-basi apa keq, eh langsung instant aja. "Emm,,lancar." Mau-gak-mau Mika juga kudu ngomong seadanya juga, si Bos emang gak pernah bicara lebih dari 3 kata, kayaknya sih gitu. "Bagus.." Dengan langkah santai namun berwibawa, pria itu pun melenggang meninggalkan si Mika begitu saja. Hati Mika menggerutu, bilang makasih keq, kamu emang bisa diandalkan keq, apa aja lah yang penting gak cuek. "Huuhhh.." Malas berdebat dengan khayalan-nya yang mengharapkan bos-nnya ngomong panjang lebar seperti yang diharapkannya, walaupun sampe tahun badak pun gak bakal mungkin. Dia pun menuju lift ke lantai 10, tempat mengistirahatkan diri-nya. Yaitu teras di atap kantor.

Kota Seoul emang gak pernah sepi, apalagi gelap. Semua lampu entah apa aja, menyala tanpa henti di sepanjang malam. Mobil-mobil gak pernah hentinya hilir-mudik di jalanan baik jalan gede sampe kecil sekalipun. Contoh di jalan kecilnya, ya di rumah milik Mika Elena. "Besok kudu ngapain ya..?" Sambil membuka-buka catatan kecilnya. "Waduh ! Gawat ! Celaka 12 ! Oh nooo..." Dibilang gila gak juga, kalo streess mungkin. Wajar sih kalo dia teriak-teriak gitu, tapi ini malam. Suara jangkrik kalah pamor gara-gara suara lengkingannya yang mirip toak masjid.
"Besok rapat personal ! Duh koq bisa aku lupa ada agenda tolol kayak gini...God help me." rapat personal emang semacam tradisi yang setiap 3 bulan diadakan 1x, guna mengontrol tentang semua hal yang dikerjakan para karyawan. Yang pastinya akan langsung ditangani oleh big bos mereka, Tuan Kim Jejung.
"Huuuu mengerikan !" Yup, malam sabtu ini bakal jadi malam resahnya, dijamin dia gak bisa tertidur nyenyak deh.

Kalo di Indonesia, suara kokokkan ayam yang membangunkan manusia dari tidur nyenyak mereka. Nah, kalo di Seoul, khususnya di kamar Mika, dentingan jam beker merahnya lah yang berhasil membangunkan-nya. Hampir sejam, dia sudah rapi dengan pakaian dan peralatan kerjanya pun telah siap. Setiap hari, 6 hari kerja maksudnya. Dia berangkat dengan taksi, memang mahal tapi hellooo..ini bukan di indonesia yang bisa gampangnya nebeng di kendaraan orang lain. Ini di KorSel, nyata kudu punya malu dong.

Perjalanan selama 45 menit pun usai. Kini gedung besar dan tinggi yang menjulang sampai-sampai menyilaukan mata saat menelusuri sampai puncaknya telah menunggu Mika. Tapi ngapain juga ngeliat sampe segitunya? kurang kerjaan banget tuh.
Sekarang bukan masalah kurang kerjaan, tapi keringat dingin yang menggeryangi tubuhnya dalam sekejap. Dibilang lebay/berlebihan gak juga sih, ini bakal jadi ketiga kalinya dia berhadapan langsung dengan manusia tercuek sedunia. Tapi itu kan waktu dia masih baru-barunya jadi karyawan di PerfectLife Company.
Perusahaan dengan kategori arsitektur di rumah-rumah yang luasnya selandasan pesawat. Dan memilih Mika untuk menjadi consultan bag. eksterior setelah Gunjo di bag. interior.

"Kini untuk kesekian kalinya kalian memberi laporan hasil kerja kalian. Baik dan buruknya. Masalah dan solusinya. Dimulai dari bag. administrasi." Menurut kalian yang ngomong itu siapa? Jelas bukan si bos. Sekretaris centil yang selalu memamerkan paha dan kaki jenjangnya, Ji Numa. "Fiiuuuhhh...masih lama kayaknya." Semua karyawan yang memegang bagian-bagian penting saja yang dikumpulkan di ruang tunggu ini. Hanya 15 orang dari 1200 karyawan yang ada dan termasuk Mika di 15 orang tadi. "Bayangkan bila berada di sana lebih dari 25 menit, huuhh.." Seorang yang flatname-nya bertuliskan Kumo itu melihat ke arah pintu yang tak tembus pandang namun berwarna transparan. Temannya menyahut, "Ya...si bos emang gak pernah senyum. Udah 7 kali aku berhadapan dengannya di dalan sana, tapi mungkin urat bibirnya putus permanen." Mika terkikik kecil mendengarnya namun tetap masang muka sedatar mungkin, gugup.

Entah waktu yang berputar terlalu cepet, atau dia yang tertidur selama 3 jam, akhirnya suara centil itu memanggilnya.."Mika, kamu bag. terakhir.." Mika tau ada suara males-malesan di sana, "Ya" Seketika Mika berdiri dan masuk ke dalam ruangan angker itu untuk ketiga kalinya namun dengan nuansa berbeda. "Permisi.." Si bos cuma mengangguk dan mempersilahkan dia duduk dengan gerakan tangan, tanpa ngomong. "Sekarang silahkan bicara.." Huh, dasar sekretaris sialan, siapa sih bos-nya? Perasaan dari tadi dia yang ngepret.."Nyonya Ji, bisa tinggalkan kami berdua?" What, dia gak salah denger kan? dia selalu membersihkan telinganya setiap hari, jadi yang di dengernya emang nyata. "Tapi bos..?!" Jejung cukup memberikan tatapan bisunya dan si centil terdiam dan memutuskan keluar walau terpaksa. "Gak perlu bicara terlalu banyak, cukup seperlunya dan kamu cepat keluar seperti yang kamu mau, ya kan?" Emang terdengar sinis, tapi begitu adanya.
Saatnya mulai coz cepat selesai cepat go out from here! "Selama kurang lebih 3 bulan ini, saya menangani 4 client yang masing-masing memberikan pendapat tentang bagaimana gaya rumah mereka bag. luar agar terlihat tak membosankan, bahakan ada yang meminta terlihat selalau berbeda. Tentu ini tugas yang cukup berat bila ditangggung saya pribadi tanpa asisten." Mengambil nafas dan melanjutkan, "2 dari mereka gak mengajukan keberatan atau protes terhadap masukan yang saya berikan, yang 1 nya hanya ngikut, Sedangkan yang paling tersulit adalah yang terakhir, Ny.Pio dan Tn. Bon.." Si bos memotong, "Memang kenapa?" Mika merasa mulai gerah saat bos-nya memutuskan untuk bangkit dan berjalan ke arahnya. "Ya, mereka ingin nuansa teras mereka akan selalu berubah-ubah. Mana bisa begitu kan?" Seakan meminta persetujuan, si bos hanya mengangguk tanpa henti menatapnya walau jarak antara mereka masih cukup jauh, 5 meter ! "Jadi saya memberikan usul membuat nuansa dengan tema cerah, taman. Tanpa banyak pohon, namun kembang/bunga berbagai jenis yang umunya langka ditanam di teras manapun." Si bos memotong lagi, "Kenapa bisa begitu?" Tuh kan gak lebih dari 3 kata. "Umma saya yang mengatakannya, selama ini saya selalu meminta pendapat umma saya. Dan setelah penjelasan panjang, akhirnya mereka setuju..Jadi kesimpulan 4 bulan ini, berjalan cukup lancar.." Langkah Jejung mulai mendekat dan si Mika refleks bangkit, "Baiklah, laporan saya sudah selesai, bolah saya kembali bekerja bos?" Penekanan pada kata BOS. Jejung berhenti dan menatap sejurus pada mata hitam pekat karyawannya itu. "Silahkan" Dan kelegaan pun membanjiri hati Mika.

TBC...
 I love DBSK/TOHOSHINKI






"Kim Jaejoong (HERO)"
All about him always make me happy...
All about him always make me smile...
And All about him make me proud coz i'am a CASSIOPEIA...!!!



"Shim Changmin (MAX)"
All about him always make me laugh...
All about him always make me fun...
And All about him make me proud coz i'am a CASSIOPEIA...!!!


"Junsu (XIAH)"
All about him always make me fresh...
All about him always make me spirit...
And All about him make me proud coz i'am a CASSIOPEIA...!!!



"Jung Yunho (U-KNOW)"
All about him always make me confident...
All about him always make me calm...
And All about him make me proud coz i'am a CASSIOPEIA...!!!



"Yoochun (MICKY)"
All about him always make me fallin in love...
All about him always make me comfortable...
And All about him make me proud coz i'am a CASSIOPEIA...!!!

  ALWAYS KEEP THE FAITH  !!!      ALWAYS KEEP FIGHTING  !!!     LOVE DBSK  !!!
  DBSK is my HEART, MIND, and SOUL...^^

Gomawo  :D